RATIB AL-HADDAD Merdu, Teks Arab - Latin - Terjemahan, Vokal: Syarifah Nafidatul Jannah Ba'abud

1 year ago
366

Ratib Al-Haddad
Vocal : Syarifah Nafidatul Jannah Ba'abud

Sekilas Biografi Al-Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad (Shohibur Ratib)

Imam Al-Allamah Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Haddad, lahir hari Rabu, Malam Kamis tanggal 5 Bulan Syafar 1044 H (1634 M) di Desa Sabir di Kota Tarim, wilayah Hadhromaut, Negeri Yaman.

Beliau adalah seorang Imam Al-Allamah Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Hadad bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwy bin Ahmad bin Abu Bakar Al–Thowil bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad Al-Faqih bin Abdurrohman bin Alwy bin Muhammad Shôhib Mirbath bin Ali Khôli’ Qosam bin Alwi bin Muhammad Shôhib Shouma’ah bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Muhâjir Ilallôh Ahmad bin Isa bin Muhammad An-Naqîb bin Ali Al-Uraidhi bin Imam Jakfar Ash-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam As-Sibth Al-Husein bin Al-Imam Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib suami Az-Zahro Fathimah Al-Batul binti Rosulullah Muhammad SAW.

Sayyid Alwy bin Muhammad Al-Haddad, Ayah Syaikh Abdullah Al-Haddad dikenal sebagai seorang yang saleh. Lahir dan tumbuh di kota Tarim, Sayyid Alwy, sejak kecil berada di bawah asuhan ibunya Syarifah Salwa, yang dikenal sebagai wanita ahli ma’rifah. Kakek Al-Haddad dari ibunya ialah Syaikh Umar bin Ahmad Al-Manfar Ba Alawy, ulama yang mencapai derajat ma’rifah sempurna.

Suatu hari Sayyid Alwy bin Muhammad Al-Haddad mendatangi rumah Al-Arif Billah Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Habsy, pada waktu itu ia belum berkeluarga, lalu ia meminta Syaikh Ahmad Al-Habsy mendoakannya, lalu Syaikh Ahmad berkata kepadanya, ”Anakmu adalah anakku, di antara mereka ada keberkahan”. Kemudian ia menikah dengan cucu Syaikh Ahmad Al-Habsy, Salma binti Idrus bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy. Habib Idrus adalah saudara dari Habib Husein bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy. Yang mana Habib Husein ini adalah kakek dari Al-Arif billah Habib Ali bin Muhammad bin Husein bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy (Mu’alif Simtuddurror). Maka lahirlah dari pernikahan itu Habib Abdullah bin Alwy Al-Haddad. Ketika Syaikh Al-Haddad lahir ayahnya berujar, “Aku sebelumnya tidak mengerti makna tersirat yang ducapkan Syaikh Ahmad Al-Habsy terdahulu, setelah lahirnya Abdullah, aku baru mengerti, aku melihat pada dirinya tanda-tanda sinar Al-Wilayah (kewalian)”.

Berkat ketekunan dan akhlakul karimah yang beliau miliki pada saat usia yang sangat dini, beliau dinobatkan oleh Allah dan guru-guru beliau sebagai da’i, yang menjadikan nama beliau harum di seluruh penjuru wilayah Hadramaut dan mengundang datangnya para murid yang berminat besar dalam mencari ilmu. Mereka ini tidak hanya datang dari Hadramaut tetapi juga dari luar Hadramaut. Mereka datang dengan tujuan menimba ilmu, mendengar nasihat dan wejangan serta tabaruk (mencari berkah), memohon doa dari Habib Abdullah Al-Haddad. Di antara murid-murid senior Habib Abdullah Al-Haddad adalah putranya, Habib Hasan bin Abdullah bin Alwy Al-Haddad, Habib Ahmad bin Zein bin Alwy bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy, Habib Ahmad bin Abdullah Ba-Faqih, Habib Abdurrohman bin Abdullah Bilfaqih, dll.
Selain mengkader pakar-pakar ilmu agama, mencetak generasi unggulan yang diharapkan mampu melanjutkan perjuangan kakek moyang beliau, Rasullullah Saw, beliau juga aktif merangkum dan menyusun buku-buku nasihat dan wejangan baik dalam bentuk kitab, koresponden (surat-menyurat) atau dalam bentuk syair sehingga banyak buku-buku beliau yang terbit dan dicetak, dipelajari dan diajarkan, dibaca dan dialihbahasakan sehingga ilmu beliau benar-benar ilmu yang bermanfaat. Habib Abdullah Al-Haddad juga menyusun wirid-wirid yang dipergunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan bermanfaat untuk agama, dunia dan akhirat. Salah satunya yang agung dan terkenal adalah Rotib ini. Rotib ini disusun oleh beliau di malam Lailatul Qodar tahun 1071 H (1661 M).

Dari semenjak kecil begitu banyak perhatian yang beliau dapatkan dari Allah. Allah menjaga pandangan beliau dari segala apa yang diharamkan. Penglihatan lahiriah beliau diambil oleh Allah dan diganti oleh penglihatan batin yang jauh lebih kuat dan berharga. Hal itu merupakan salah satu pendorong beliau lebih giat dan tekun dalam mencari cahaya Allah menuntut ilmu agama.

Pada umur 4 tahun beliau terkena penyakit yang menyebabkannya buta. Kekurangan yang beliau derita telah membawa hikmah. Beliau tidak bermain sebagaimana anak kecil sebayanya, namun beliau habiskan waktunya dengan menghapal Al-Quran, mujahaddah al-nafs (beribadah dengan tekun melawan hawa nafsu) dan mencari ilmu. Sungguh sangat mengherankan seakan-akan anak kecil ini tahu bahwa ia tidak dilahirkan untuk yang lain, kecuali untuk mengabdi kepada Allah Swt.

Beliau wafat hari Senin, malam Selasa, tanggal 7 Dzulqoidah 1132 H ( 1720 M), dalam usia 98 tahun. Beliau dimakamkan di pemakaman Zambal, di Kota Tarim, Hadhromaut, Yaman. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada beliau dan kita yang ditinggalkannya. Aaamiin Yaa Robbal ‘alamiin.

#Dzikir #Ratib #AlHaddad

Loading comments...