Berburu Mobil Bekas Taksi Murah, Etios dan Limo Seharga Motor

4 years ago
4

Berburu Mobil Bekas Taksi Murah, Etios dan Limo Seharga Motor

Mobil bekas taksi ekspress dijual karena perusahaan mengalami kerugian cukup besar sehingga salah satu cara yang ditempuh adalah dengan menjual aset.

Sejak taksi dan ojek online hadir pada 2015, persaingan menggaet penumpang semakin ketat, terutama di Jakarta dan sekitarnya. Angkutan umum, seperti taksi yang sudah ada lebih dulu, mau tidak mau harus bersaing dengan angkutan online.

Tarif taksi online yang lebih murah membuat operator taksi konvensional kesulitan bersaing. Apalagi, taksi online menawarkan berbagai kemudahan kepada konsumen. Imbasnya, taksi konvensional yang beredar juga kian jarang. Sebaliknya, jumlah taksi online terus meningkat.

Menurut data Organda, jumlah taksi per 2018 tercatat 9.700 unit dari sebelumnya sebanyak 25.550 unit. Pada saat yang sama, jumlah pengemudi taksi online sebanyak 170.000 orang, itu pun hanya dari satu perusahaan penyedia aplikasi.

Pada 2014, Express masih membukukan laba bersih senilai Rp119 miliar. Tahun selanjutnya, laba Express menciut tinggal sebesar Rp34 miliar seiring dengan kehadiran angkutan online, baik dari taksi maupun ojek.

2015 menjadi tahun terakhir Express mencatatkan laba. Setelah itu, Express mengalami reli merugi secara berturut-turut. Pada 2018, perseroan membukukan rugi Rp837 miliar (PDF), atau naik 4 kali lipat dari rugi yang ditorehkan pada 2016 sebesar Rp185 miliar.

Tren tersebut juga masih berlanjut hingga kuartal pertama tahun ini. Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan, Express membukukan rugi senilai Rp42 miliar atau turun 61 persen dari rugi pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp109 miliar.

Tekanan Utang Hingga Jual Aset
Kesulitan perusahaan meraup untung selama tiga tahun berturut-turut pada akhirnya membuat roda bisnis menjadi limbung. Apalagi, perseroan memiliki utang yang wajib dibayar. Alhasil, untuk pertama kalinya, perseroan gagal membayar bunga utang tepat waktu.

Bunga utang yang gagal dibayar tepat waktu itu adalah utang Obligasi Express I/2014 senilai Rp1 triliun. Kala itu, utang obligasi itu digunakan untuk membeli kendaraan, tanah, bangunan dan sarana pendukung lainnya.

Kegagalan perseroan membayar bunga mulai terjadi saat pembayaran bunga (PDF) ke-15 yang jatuh tempo pada Maret 2018. Perseroan kembali gagal membayar bunga untuk pembayaran ke-16 dan pembayaran ke-17 utang Obligasi Express I/2014.

Untuk mengatasi kondisi tersebut, Express lantas mengusulkan restrukturisasi utang Obligasi Express I/2014, termasuk bunga tertunggak pada 3 September 2018. Meski begitu, pemegang saham kala itu belum setuju.

Strategi untuk cari kata kunci di YouTube (agar video trending), gunakan tools yang satu ini https://www.tubebuddy.com/carikata

Dukung kami dengan subscribe channel ini
https://youtube.com/warutoono

Follow kami di:
Facebook https://facebook.com/warutoono
Instagram https://instagram.com/warutoono
Twitter https://twitter.com/warutoono
website http://warutoono.com

Business/Endorse:
Email: waruto.ono@gmail.com
Line: @waruto.ono

Informasi lebih lanjut hubungi kami via WhatsApp di nomor 085784699313 atau klik link http://bit.ly/wa-wartono atau nomor 081326274537
atau hubungi via Messenger https://m.me/warutoono
Telegram https://t.me/warutoono

Music background by:
bumper: Hitting the Streets - JR Tundra (No Copyright Music)

Terima kasih

Loading comments...